Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Buletin Keslingmas

DESKRIPSI INTENSITAS SUARA PADA BAGIAN PRODUKSI PT. MUARA KAYU SENGON BANYUMAS TAHUN 2016 Santosa, Iqbal Budi; MHP, Marsum, BE, S. Pd,
Buletin Keslingmas Vol 37, No 1 (2018): Buletin Keslingmas Vol 37 No1 Tahun 2018
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.497 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v37i1.3759

Abstract

AbstrakDeskripsi intensitas suara pada bagian produksi Pt. Muara Kayu Sengon Banyumas Tahun 2016.Kebisingan diartikan sebagai terjadinya bunyi yang tidak bisa dikehendaki sehingga menggangu atau membahayakan kesehatan. PT. Muara Kayu Sengon merupakan industri penghasil kayu lapis yang berlokasi di jalan Margasana Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. Proses produksi menggunakan mesin-mesin dan peralatan yang menghasilkan intensitas suara yang tinggi, yang mana dapat menyebabkan gangguan pekerjaan yang berupa gangguan pendengaran.Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menghitung intensitas suara pada shift pagi dan shift malam, parameter fisik (suhu dan kelembaban), membandingkan hasil rata-rata intensitas suara pada shift pagi dan shift malam dengan regulasi yang berlaku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yang menggunakan analisis tabel dan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.13/ MEN/ X/ 2011 untuk melihat gambaran umum intensitas suara di bagian produksi PT. Muara Kayu Sengon Banyumas Tahun 2016.Hasil Pengukuran Intensitas suara pada ruang produksi untuk shift pagi intensitas suara tertinggi yaitu di titik 8 (86,40 dBA) dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 4 (73,72 dBA), hasil pengukuran tertinggi pada shift malam yaitu titik 10 (92,00 dBA), dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 9 (76,43 dBA) .Disimpulkan hasil Intensitas suara pada ruang produksi untuk shift pagi intensitas suara tertinggi yaitu di titik 8 (86,40 dBA) pengukuran pada mesin winjer joint dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 4 (73,72 dBA) pengukuran pada mesin finishing, hasil pengukuran tertinggi pada shift malam yaitu titik 10 (92,00 dBA) pengukuran pada mesin jumping croscut dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 9 (76,43 dBA) pengukuran pada mesin winjer joint. Disarankan PT. Mara Kayu Sengon Banyumas hendaknya menyediakan APD bagi pekerja berupa ear plug, serta perusahaan mengadakan penyuluhan kepada pekerja tentang kegunaan dan manfaat APD.
STUDI DESKRIPTIF KADAR DEBU PADA BAGIAN PRODUKSI PT. MUARA KAYU SENGON DESA KARANGANYAR KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 Hastantoro, Dipta; , BE, S.Pd, MHP, Marsum
Buletin Keslingmas Vol 37, No 1 (2018): Buletin Keslingmas Vol 37 No1 Tahun 2018
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.497 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v37i1.3752

Abstract

AbstrakStudi deskriptif kadar debu pada bagian produksi PT. Muara Kayu Sengon Desa Karanganyar Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas Tahun 2016. Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan sususan (komposisi) udara dari keadaan normalnya seperti debu. PT. Muara Kayu Sengon merupakan penghasil kayu lapis dan berpotensi untuk menimbulkan kontaminasi di udara tempat kerja berupa partikel debu kayu di dalam ruangan saat karyawaan bekerja sehingga mengakibatkan lingkungan menjadi tercemar oleh partikel debu kayu, sehingga kualitas udara menjadi menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar debu di ruang produksi PT. Muara Kayu Sengon.Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan crossectional untuk mendapatkan gambaran tentang kadar debu total di ruang produksi PT. Muara Kayu Sengon Banyumas tahun 2016.Pengukuran kadar debu total dilakukan pada 10 titik di ruang produksi PT. Muara Kayu Sengon Banyumas dengan hasil pengukuran rata-rata adalah 20,5824mg/m3, hasil tertinggi di titik 8(H) sebesar 37,632 mg/m3 dan terendah di titik 3(C) sebesar 10,08 mg/m3. Standar yang digunakan adalah Permenakertrans No. 13/Men/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisik dan faktor kimia di tempat kerja adalah 5 mg/m3 dengan kadar tertinggi diperkenankan 10 mg/m3. Rata-rata pengukuran suhu 35,20C dengan persyaratan 18-300C, kelembaban 75,2% dengan persyaratan 65-95%, laju ventilasi 0,1 m/s dengan persyaratan 0,15-0,25 m/s dan arah angin menunjukkan ke arah selatan. Standar yang digunakan adalah Kepmenkes NO. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan perkantoran dan industri.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan hasil rata-rata kadar debu total di ruang produksi melebihi NAB yaitu 20,5824 mg/m3, suhu melebihi standar yaitu 35,20C, laju ventilasi tidak memenuhi standar yaitu 0,1 m/s. Ruang produksi sebaiknya dilengkapi dengan rekayasa alat untuk mengurangi paparan debu.
DESKRIPSI INTENSITAS SUARA PADA UNIT RAW MILL PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. CILACAP Bangun Adhi Gunawan; Marsum Marsum
Buletin Keslingmas Vol 34, No 3 (2015): Bulletin Keslingmas Vol 34 No 3 Tahun 2015
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.962 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v34i3.3077

Abstract

Menurut teori H.L Blum, salah satu parameter kualitas lingkungan yang perlu diawasi adalah bising. UnitRaw Mill merupakan salah satu unit dalam proses pembuatan semen yang bertujuan untuk menghancurkan danmencampur bahan baku agar terhomogenisasi dengan cara proses penggilingan menggunakan mesin yangmenghasilkan suara yang tidak dikehendaki oleh pekerja PT. Holcim. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahuiintensitas suara pada Unit Raw Mill PT. Holcim Indonesia Tbk. Cilacap Plant 2015.Metode peneltian yangdigunakan yaitu dengan menganalisis secara deskriptif, yaitu menggambarkan tentang kondisi yang sesungguhnyasesuai data yang diperoleh dalam pengukuran intensitas suara pada Unit Raw Mill PT. Holcim Indonesia TbkCilacap Plant. Hasil pengukuran intensitas suara pada Unit Raw Mill adalah titik I 96,49 dB, titik II 93,24 dB, titikIII 91,29 dB, titik IV 83,89 dB dan titik V 81,15. Jenis alat pelindung diridan alat pelindung keselamatan yangdigunakan pekerja di Unit Raw Mill adalah earplug, helmet, rompi, googles, kacamata, safety glass dan masker.Keluhan yang dirasakan adalah keluhan pekerja yang mengalami tuli adalah 0 %, sulit berkomunikasi 100 %,kurang konsentrasi 70 %, gangguan tidur 40 % dan telinga berdengung 80 %. Hasil tersebut diperoleh dengan carawawancara dari 10 responden di Unit Raw Mill. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rataintensitas suara Unit Raw Mill tergolong tinggi dan melebihi NAB kebisingan untuk waktu kerja selama 8 jam.
HUBUNGAN JARAK PENAMPUNGAN TINJA DENGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS (Coliform) AIR SUMUR GALI DI DESA SUMAMPIR KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Indi Lulu Diyani; Lagiono Lagiono; Marsum Marsum
Buletin Keslingmas Vol 37, No 3 (2018): BULETIN KESLINGMAS VOL 37 NO 3 TAHUN 2018
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.802 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v37i3.3873

Abstract

AbstrakSumur gali merupakan sarana penyediaan air bersih yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhikebutuhan sehari-hari. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat mikrobiologis. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui hubungan jarak penampungan tinja dengan kualitas mikrobiologis(Coliform) air sumur gali di Desa Sumampir Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga. Jenispenelitian yang digunakan yaitu Observasional dengan pendekatan Cross Sectional, penelitian inidilakukan untuk mendapatkan ada tidaknya hubungan jarak penampungan tinja dengan kualitasmikrobiologis (Coliform) air sumur gali. Kandungan Coliform air bersih dibandingkan denganPermenkes No.416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Air. pemeriksaankandungan Coliform diperiksa di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Purbalingga. Hasil penelitianjarak penampungan tinja dengan kualitas mikrobiologis (Coliform) air sumur gali di Desa SumampirKecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga dari 39 sampel, sebanyak 8 (20.5%) memenuhi syarat(11 m) dan 31 (79.5%) tidak memenuhi syarat (11 m). Hasil analisis hubungan jarak penampungantinja dengan kualitas mikrobiologis (Coliform) air sumur gali menggunakan Regresi Linearmenunjukkan nilai ρ 0,09 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan jarak penampungantinja dengan kualitas mikrobiologis (Coliform) air sumur gali. Saran yang diberikan kepadamasyarakat, masyarakat harus memperhatikan keadaan sanitasi disekitar sumur gali, dengan selalumenjaga kebersihan sumur gali.
PENGARUH BERBAGAI DOSIS EKSTRAK DAUN PEPAYA CALIFORNIA (Carica Papaya L) TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti DI LABORATORIUM BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA TAHUN 2016 Mokhammad Marzulio; Marsum Marsum
Buletin Keslingmas Vol 36, No 1 (2017): Bulletin Keslingmas Vol 36 No 1 Tahun 2017
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.44 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v36i1.3011

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkan oleh virus dengue yang ditularkanke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pengendalian dapat dilakukan denganmembasmi nyamuk dewasa dan larva.pengendalian larva dapat dilakukan secara biologi , fisika dan kimia denganmenggunakan insektisida . Banyak dampak negatif dari penggunaan insektisida kimia dapat ditanggulangi denganmenggunakan bahan dari tumbuhan. Salah satunya daun pepaya california yang mengandung senyawa alkoloidkarpain, flavonoid, saponin dan tanin sebagi larvasida. Jenis Penelitian ini True eksperimen. Analisis yangdigunakan menggunakan analisis SPSS Anova dan Uji Probit. Hasil Penelitian kematian Larva Aedes aegypti padakonsentrasi 40% adalah 60%, konsentrasi 60 % = 80% dan konsentrasi 80% = 100%. LC50 yang direkomendasikanadalah 0,395% dan LC90 sebesar 0,625 %. Hasil uji anova antar perlakuan (sig = .000) kurang dari nilai α (0,05),jadi artinya ada perbedaan yang bermakna antara berbagai konsentrasi terhadap kematianlarva Aedes aegypti.Simpulan penelitian ini, konsentrasi yang paling efektif adalah 80% yang mampu membunuh 100 % Larva .LC50yang direkomendasikan sebesar 0,395% dan LC90
STUDI KORELASI BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2010-2015 Adi Septian; Muhammad Choiroel Anwar; Marsum Marsum
Buletin Keslingmas Vol 36, No 3 (2017): Bulletin Keslingmas Vol 36 No 3 Tahun 2017
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.338 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v36i3.2996

Abstract

Latar Belakang Di Kabupaten Banyumas, sejak tahun 2000 sampai tahun 2014 kasus DBD terjadipeningkatan secara fluktuatif, kasus tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 696 kasus. Pada tahun 2014terjadi sebanyak 209 kasus, dan pada tahun 2015 sampai Bulan September ini telah terjadi sebanyak 221 kasusDBD, hal tersebut menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Tujuan penelitian untuk mengetahui ada atautidaknya hubungan ikilim, kepatadan penduduk dan ketinggian daerah dengan kejadian DBD. Metode penelitian inibersifat kuantitatif dengan desain studi ekologi untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaansecara objektif. Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan adalah curahhujan dengan nilai p-value= 0,016, kelembaban dengan nilai p-value= 0,000, kecepatan angin dengan nilai pvalue=0,000, kepadatan penduduk dengan p-value= 0,000. Suhu udara dan ketinggian daerah merupakan variabelyang tidak memiliki hubungan yang signifikan tetapi berisiko. Simpulan penelitian ini bahwa faktor iklim dankepadatan penduduk dapat menjadi faktor risiko terjadinya penyakit demam berdarah dengue. Faktor yangmemiliki hubungan signifikan diantaranya curah hujan, kelembaban, kecepatan angin dan kepadatan penduduk.
HUBUNGAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN KONTAK PENDERITA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 Devi Ratna Yuliani; M. Choiroel Anwar; Marsum Marsum
Buletin Keslingmas Vol 37, No 1 (2018): Buletin Keslingmas Vol 37 No1 Tahun 2018
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.9 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v37i1.3826

Abstract

AbstrakTuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacteriumtuberculosis), kuman itu hidup di dalam rumah dan dapat mempengaruhi udara dalam lingkungan fisik rumah.Puskesmas Jatilawang merupakan puskesmas yang memiliki jumlah penderita Tb Paru BTA (+) yang mengalamikenaikan kasus dalam 3 tahun terakhir 21 kasus (2012), 22 kasus (2013) dan 46 kasus (2014). Penelitian ini bersifatobservasional dengan menggunakan metode case control. Sampel sebanyak 64 orang, terdiri dari 32 kasus dan 32kontrol. Variabel yang diteliti meliputi Intensitas pencahayaan rumah,kelembaban,luas ventilasi, jenis lantai, jenisdinding, kepadatan hunian dan kontak penderita. Analisis univariat dan bivariate menggunakan SPSS dengan UjiChi Square dan OR dengan CI 95% dan α : 0,05. Analisis Multivariat menggunakan Uji Regresi Logistik dan metodebackward ; LR CI 95% dan α : 0,25. Hasil penelitian ini adalah Intensitas pencahayaan rumah (intensitaspencahayaan ruang keluarga (p=0,132;OR 0,407) dan intensitas pencahayaan ruang kamar (p=0,024;OR 0,209)),kelembaban (p=1,00; OR 0,802), luas ventilasi (luas ventilasi ruang keluarga (p=1,00;OR 1,00) dan luas ventilasiruang kamar (p=1,00;OR 1,152)), jenis lantai (p=1,00;OR 2,067), jenis dinding (p=1,00; OR 1,296), kepadatanhunian (p=0,606;OR 3,207) dan kontak penderita (p=1,00;OR 1,140). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adahubungan antara intensitas pencahayaan ruang kamar dengan Kejadian Tb Paru. Disarankan untuk penderita TbParu membuka jendela kamar dan menambah lubang ventilasi agar cahaya dapat masuk dalam ruang kamar.
Survey Penerapan Protokol Kesehatan di Tempat Wisata Kawasan Baturraden pada Masa New Normal Nur Hilal; Tri Cahyono; Marsum Marsum; Febri Apwanti
Buletin Keslingmas Vol 41, No 4 (2022): BULETIN KESLINGMAS VOL.41 NO.4 TAHUN 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v41i4.9262

Abstract

Obyek wisata merupakan tempat umum yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Sulama era covid 19 banyak objek wisata yang tidak di buka untuk umum selama kurang lebih 2 tahun.  Di Era new normal pengunjung obyek wisata meningkat, risiko penularan covid-19 masih ada. Apakah pengunjung di kawasan Baturraden masih menerapkan protokol kesehatan pada masa new normal atau tidak. Tujuan umum penelitian untuk mengetahui penerapan protokol kesehatan di tempat wisata Kawasan Baturraden pada masa new normal. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan pendekatan survey terhadap tiga obyek wisata di Kawasan Baturraden yaitu tempat X, Y, dan Z. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan dukumen. Analisis menggunakan narasi, deskriptif, penilaian, skor, persentase. Haasil wawancara angket penerapan protokol kesehatan terhadap pengunjung didapatkan pengunjung pada tempat X dengan umur rata-rata 33,84 tahun, dominan asal Purwokerto, skor nilai prokes 3,18, konversi 79,42% dalam katagori baik. Pengunjung pada Lokawisata Baturraden umur rata-rata 35,36 tahun, dominan asal Purwokerto, skor nilai prokes 3,21, konversi 80,17% dalam katagori baik. Pengunjung pada tempat Y dengan umur rata-rata 35,76 tahun, dominan asal Cilacap, skor nilai prokes 2,95, konversi 73,79% dalam katagori sedang. Kesimpulan, secara umum capaian penerapan protokol kesehatan pengunjung obyek wisata Kawasan skor 3,11 konversi 77,79% dalam katagori baik. Saran, para pengunjung obyek wisata di kawasan Baturraden diharapkan tetap menerapkan protokol kesehatan di era new normal, agar tidak terjadi penularan penyakit covid-19.
Kombinasi Koagulan Tawas dan Poly Aluminium Chloride (PAC) untuk Penurunan Warna pada Air Limbah Batik Nasyi’a Zaimaturahmi; Sugeng Abdullah; Marsum Marsum; Fauzan Ma'ruf
Buletin Keslingmas Vol 42, No 4 (2023): BULETIN KESLINGMAS VOL.42 NO.4 TAHUN 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v42i4.10847

Abstract

Industri batik menghasilkan limbah cair salah satunya berasal dari bahan pewarna yang dapat menyebabkan pencemaran apabila dibuang langsung ke badan air. Dampak buangan limbah batik berupa zat warna perlu dilakukan proses pengolahan sebelum limbah dibunag ke perairan salah satunya dengan metode kimia yaitu koagulasi flokulasi. Jenis penelitian Quacy eksperiment dengan metode pretest-posttest control dengan 1 kelompok kontrol dan 5 variasi dosis kombinasi koagulan tawas dan PAC dilakukan 5 kali replikasi. Analisis data menggunakan One Way ANOVA dan analisis tabel. Uji One Way ANOVA sig 0,000 0,05 terdapat perbedaan pada kelompok kontrol dan setiap variasi dosis untuk menurunkan warna air limbah batik. Hasil analisis tabel dosis optimum kombinasi koagulan tawas dan Poly Aluminium Chloride (PAC) untuk menurunkan warna air limbah batik yaitu dosis 3 dengan dosis kombinasi koagulan PAC 50 mg/L dan tawas 150 mg/L. Terdapat perbedaan yang signifikan kelompok kontrol dan semua variasi dosis untuk menurunkan warna air limbah batik dan dosis optimum pada penelitian yaitu dosis 3 dengan kosentrasi PAC 50 mg/L dan tawas 150 mg/L. Saran dilakukan pengolahan sebelum air limbah batik dibuang ke badan air dengan kombinasi koagulan tawas dan Poly Aluminium Chloride (PAC).